Rabu, 04 September 2013

IBU

Ibu.. Menjadi ibu. Adalah mimpi yang dilatih dengan kerinduan dan cinta.
Seruak cita itu adalah fithrah paling indah yang dikaruniakan Allah.
Kecenderungan, rasa, dan kemuliaan.

Ibu.. Atau apapun kita memanggilnya, mulia dengan telapak kaki perjuangan.
Karena tak seorang pria pun, memiliki kedudukan ini: Syurga di telapak kaki.
Tak satu pria pun. Demi Allah, tak satu pria pun.

Ibu.. Panggilan yang begitu menggetarkan membiru haru,
Menggemakan rasa terdalam di dalam diri setiap wanita.
Selalu dan senantiasa, ada nuansa, cita, imaji, dan gairah.
Setiap kali kata-kata itu diteriakkan oleh sosok-sosok mungil.
Yang menyambut kehadirannya.

Ibu.. Ini kata tentang penegasan madrasah agung.
Tempat mempertanyakan semesta dengan bahasa paling akrab,
Harapan paling memuncak, dan keingintahuan paling dalam.
Dermaga pengaduan paling luas saat mereka teraniaya,
Belai paling menentramkan saat mereka merasa gelisah,
Dan dekapan paling aman saat mereka merasa takut.

Ibu.. Perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang,
Tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung mewah lagi megah tak bernyawa.

Ibu.. Panggilan yang meneguhkan status kemanusiaan dan kehormatan.
Ibumu,  di sebut tiga kali didepan, barulah ayahmu menyusul kemudian.
Begitulah Rasulullah SAW menegaskan.

Ibu.. Ia juga panggilan yang membawa makna perjuangan.
Pegalnya membawa kandungan, susahnya posisi di pembaringan,
Dan sakitnya melahirkan. Tapi ia juga tersenyum dengan manis.
Saat mendengar tangis si kecil pecah membahana. Bahagia.

Ibu.. Mungkin memang tak sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah.
Yang dengan keimanan pun bukan jaminan Allah pasti mengkaruniakannya.
Persis sebagaimana Bunda ‘Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy, dan lainnya.
Atau, terkadang menjadi penantian panjang, kegelisahan, kecemasan, dan seterusnya.

Jika panggilan itu tak segera hadir, itu adalah ujian dari Allah.
Lalu kemudian Allah menjawab diantara do’a hamba-Nya.
Istri Nabi Ibrahim dengan si shalih Ishaq, istri ‘Imran dengan si suci Maryam,
dan istri Nabi Zakariya dengan si ‘alim Yahya.

Setelah penantian panjang,
Do’a yang menghiba, dan rasa yang sembilu.
Allah menghadirkannya.

Ibu.. Menjadi ibu hakiki, yang melahirkan ataupun tidak, setelah ikhtiar yang paling gigih,
do'a yang paling tulus, dan tawakkal paling pasrah, adalah kemuliaan tanpa berkurang sedikitpun.
Tidak sedikitpun. Semuanya mulia.

Ibu.. Ya, Ibu.. Melodi paling harmoni yang menggemakan jagad raya.
Dengan cinta kasihnya. Dengan hidupnya. Dengan jihad agungnya.

1 komentar: