Sabtu, 14 Desember 2013

Baiti Jannati, Rumahku Syurgaku



Bagiku rumah kita adalah syurga. 
Tempat yang paling kau rindukan, aku rindukan, ketika kita berjauhan, 
tanpa terlihat mata tapi terhubung dengan hati dan rasa.

Bagiku, rumah kita adalah syurga. 

Senantiasa mengingatnya tuk segera pulang 
dan segera tuk kembali dibawah naungan cintanya, 
menciptakan segala rasa yang tercipta, 
yang nyata manis dan keindahannya.

Bagiku, rumah kita adalah syurga.

Tempat kediaman yang mendamaikan dan menyejukkan hati (ruh) maupun raga (jasad) kita. 
Tempat kita kembali, dari segala kepenatan, keletihan, kelelahan, dan kejenuhan dunia.

Bagiku, rumah kita adalah syurga. 

Aku ingin menjadikannya syurga, syurga bagimu, juga bagiku. 
Dan engkau, jalan bagiku menuju syurga itu, syurga dunia dan syurga akhirat. 
Maka berjalanlah, bimbinglah kejalan-Nya, dijalan kebenaran, 
dijalan kebaikan, Jalan cinta-Nya.

Yang Terbaik

Siapapun berhak mendapatkan yang terbaik, bagi dan untuk hidupnya. Tanpa terkecuali. 
Dan berubahlah, ubahlah jika itu membawamu pada kebaikan-kebaikan, yang mengalirkan kebaikan pula hingga ke Akhirat, tanpa berkesudahan. (Rauzatul Jamal).

Semangat Hidupku

Dalam takdir cinta, Dari yang Maha Kuasa. Dalam perjalanan, 
dibawah naungan, dari yang Maha Kuasa, ke langit Syurga. 
Bila cinta bersemayam, terjawablah semua harap yang kulantunkan, 
bersama dalam Ridha-Nya.

Thanks for everything. 

Tak akan pernah mampu dan cukup tuk membalasnya.
Semangat hidupku, segalanya menjadi sempurna dengan kasihmu.

#Mamak #Bapak #Love.


11-12-2013

11-12-2013.

Tahun lalu, dibulan Desember juga.
Pernah ada harap tuk meng-istimewakan beberapa tanggal yang menurutku adalah "cantik".
Termasuk tanggal ini, 11-12-13. 


Dan hari ini, atas keizinan-Nya, tercapailah harap dan pinta yang pernah kulantunkan.
Alhamdulillah, kesyukuran ini, tetaplah tersemai, tertanam, dan tumbuh dengan subur didalam hati.
Aamiin Allahumma Aamiin.

Pertama dan Terakhir

Menjadi yang pertama, dan yang terakhir.. 
Memang selalu mendebarkan.. 

Ada rasa yang tak biasa disana, 
yang hanya bisa dirasa oleh hati, 
dengan kesungguhan dan penghayatan dijiwa..

Dan, Bismillah..
Mengatur langkah..
Melangkah menujumu..


Karena-Nya

Karena kita, masih disini.
Berada disini.

Diatas hamparan Bumi-Nya.
Dibawah naungan Langit-Nya.

Kemanapun, tujuan kita sama.
Baik datang, pulang, dan pergi.
Karena-Nya. Karena-Nya.

Cinta Itu Sederhana, Bersamamu Adalah Sempurna

Aku mengerti, lebih dari mengetahui bagaimana rasanya. 
Karena aku dibesarkan bukan dengan kemewahan, 
bukan pula dengan pemenuhan segala harta benda.

Aku dibesarkan dalam kesulitan, yang di mudah-mudahkan. 

Dalam penantian, menunggu waktu dikabulkan satu permintaan dan harapan.
Dalam kesederhanaan, yang membahagiakan. Dalam airmata keharuan.
Dengan segenap kasih sayang, sepenuh cinta dan kerinduan.

Sehingga aku mampu berdiri tegak, setelah berkali-kali jatuh.
Mampu tersenyum dan tertawa, meski rasanya hati bergemuruh bagaikan langit runtuh.
Mampu bertahan meskipun seringkali di abaikan. Bisa menghargai walaupun diacuhkan bahkan dihina.
Bisa tetap memaafkan walaupun itu menyakitkan. Melupakan segala amarah dan rasa gila hormat.

"Setiap apa yang terjadi, yang berlaku. Biarlah yang baik-baik saja dari kita, dan yang buruk-buruk itu biarlah dari orang lain, jangan pernah dari kita. Jangan membalas yang buruk, balaslah dia dengan kebaikan. Maka kebaikan itu yang akan terus mengalir disepanjang hidupmu".

Begitulah aku ditempa, mereka memberikan pembelajaran yang tak akan pernah bisa didapatkan pada Universitas manapun. Sesuatu yang berharga, yang tak bisa dibandingkan dengan pelajaran manapun. Mereka, adalah guru besar. Dalam Universitas kehidupan ku.

Cinta itu sederhana, bersamamu adalah sempurna. Karena tanpamu, itulah kemiskinan dan penderitaan hidup. Tanpamu, tak akan pernah ada cerita, dan cacatlah seluruh alur kehidupan ini.

Alhamdulillah. Semoga Allah senantiasa melingkupinya dan menaunginya dengan penuh cinta,rahmat, dan keberkahan disepanjang usianya, serta diampuni segala dosa. Aamiin Allahumma Aamiin.

#Desember #Penuh #Cinta.
#Mamak #Bapak, #CutBang, #Love.


Bersamamu, Menatap Langit Cinta

Menatap langit yang sama, menjejak bumi yang sama.
Rinai hujan tertawakan segenggam asa yang kita punya.
Azzam dihati, terlanjur kokoh tuk terbalik, jatuh terjungkal.
Terlampau tegak bak karang tinggi nan menjulang.

Bersamamu, Adalah sebuah perjalanan di alam kerinduan.
Bersamamu, Adalah sebuah kenangan yang menggembirakan.


Pahit Manisnya Kehidupan

Kadang pahit, kadang manis, begitulah kehidupan.

Pahit, terkadang ia harus ditelan karena ia adalah obat. 

Obat bagi tubuh (badaniah) dan jiwa (ruhiyah). 
Dan manis, terkadang harus membuangnya.
Karena ia adalah racun bagi tubuh juga bagi jiwa.

Tubuh yang sakit, jiwa yang sakit,

cenderung tak bisa dengan sempurna ketika berhadapan dengan-Nya. 
Maka jagalah sehat, sebelum ia sakit.


Kekurangan dan Kesalahan Kita

Kekurangan dan kesalahan kita adalah, kita masih kurang yakin dan kurang bersungguh-sungguh. Percayalah, tanpa keyakinan, tanpa kesungguhan, maka segalanya akan terasa tawar dan hampa.

Tiada makna yang didapat, tidak sedikitpun tanpa kita mampu dan mau menghargainya.
Menetapkan, meski sudah ditetapkan. Jangan terburu-buru, apalagi oleh waktu.
Jangan pernah menghindari, apalagi lari dari realitas yang tlah tercipta.

Kun Fa Yakun, dan terimalah dengan lapang dada.
Sesungguhnya yang shabar dan yang bersyukur itu, akan Allah tambahkan Nikmat-Nya.
Dan dijadikan pula kekasih-Nya. Nikmat apalagi?? Sungguh, Allah bersama kita.

Innallaha 'Ala Kulli Syai-in Qadir.
Allah maha berkehendak atas segala sesuatu.


Kehilangan Waktu

Kehilangan waktu itu lebih susah dari kematian, karena kehilangan waktu membuatmu jauh dari Allah dan Hari Akhir, sementara kematian membuatmu jauh dari kehidupan dunia dan penghuninya saja. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah).

Dan mulai merasa kehilanganmu, waktu meninggalkan tanpa menunggu.

Ketika menunggumu, kenapa begitu lama?? sedangkan ketika aku mulai terburu, begitu sedikit waktumu. Kegelisahan pun mulai mendekap, kala persiapan kian mendekat namun tak kunjung siap.

Ya Allah, peluk aku.
Lebih erat, lebih dekat.

Jangan biarkan ku melemah dan terjatuh.
Engkau sebaik-baik perlindungan dan pertolongan.
Beri aku waktu, masa kini dan dan nanti.
Mudahkanlah segalanya. Aamiin.

Minggu, 24 November 2013

Belajar Ikhlas Memaafkan, Kekuatan Dalam Kedamaian Dari Memaafkan




Sebagaimana yang telah kita ketahui, dan telah banyak Allah jelaskan dalam firman-firman-Nya salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun untuk mewujudkannya yaitu memaafkan adalah bukan perkara yang sangat mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun Allah telah banyak menjelaskan dalam firman-firman-Nya, bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah memaafkan kesalahan orang lain, namun dalam prakteknya memaafkan adalah bukan perkara yang mudah.

Masih ingatkah kita akan kisah Abu Bakar As-Shiddiq yang pada suatu hari bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya? Begitu berat kenyataan itu bagi beliau karena Misthah bin Atsatsah telah ikut menyebarkan berita bohong tentang putri beliau yaitu Siti Aisyah ra. Tetapi Allah yang maha Rahman melarang sikap Abu Bakar tersebut, sehingga turunlah ayat ke-22 dari surah An-Nur.

“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin agar Allah mengampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur:22).

Ayat ini mengajarkan kepada kita agar melakukan sebuah hal mulia kepada orang yang pernah berbuat dosa kepada diri kita, yaitu memaafkan. Dan sebuah kemaafan masih belum sempurna ketika masih tersisa ganjalan, apalagi dendam yang membara didalam hati kita.

Islam diturunkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Dan sebuah keberuntungan ketika kita mengikhlaskan hati menerima Islam sebagai jalan hidup, yaitu berarti kita tertuntun sebagai manusia yang senantiasa membawa berkah dan kedamaian bukan hanya untuk diri kita namun juga semua makhluk disekitar kita. Salah satu kebesaran kedamaiannya akan merujuk pada setiap jiwa yang dengan rela memaafkan. Hal itu juga akan melingkupi batin manusia lain yang ada disekitarnya.

Dan di hari yang fitri ini, sudah ringankah hati kita untuk menghantarkan maaf dan membalas orang- orang yang telah dengan sengaja atau tidak menyakiti hati kita?

Tak perduli siapapun dan bagaimanapun kita sekarang, namun satu yang pasti, kerendahan hati kita untuk memaafkan dan meminta maaf mencerminkan ketinggian dan keluhuran budi sebagai manusia.

Berikan senyum dan jabat tangan orang yang meminta maaf dengan ikhlas kepada anda, begitupun sebaliknya. Jangan biarkan kekerasan hati hadir sebagai pembatas dan pemungkas semua keikhlasan kita untuk menuju kesucian diri.

Jangan biarkan hati dikuasai ego dan emosi, apalagi hanya sekedar kepentingan duniawi. Betapa indah hari yang fitri, sebagai nikmat dan karunia Ilahi yang tiada batas, yang terikat dalam jalinan silaturahmi.

Jika hari raya hanya sekedar basa basi senyum dan keramahan dan hanya merupakan sekedar formalitas pengisian sebuah momen, tanpa hadirnya kemaafan yang datang dengan ringan mengalir dihati, lalu dimanakah letak kemenangan sesungguhnya atas penguasaan dan kontrol diri kita?

Untuk apa kita harus dengan detail membuat neraca kesalahan orang lain sehingga hal tersebut malah semakin menggambarkan kekerdilan jiwa kita. Bukankah tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini?

Memaafkan ibarat bunga yang melepaskan keharumannya, pada kaki seseorang yang telah menginjaknya. Keharumannya tidak akan terbuang percuma, dan bahkan mungkin penyesalan yang akan melingkupi hati manusia yang telah menyia-nyiakannya.

Sifat mudah memaafkan dan meminta maaf hanya dimiliki oleh hamba- hamba yang terpilih karena keluasan hati mereka yang pastinya sangat membahagiakan, bukan hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi makhluk disekitar mereka.

Memaafkan adalah rejeki. Setidaknya dengan memaafkan, relasi kita tidak pernah berkurang. Ini berarti perantara kita mendapatkan rezeki juga tidak pernah berkurang. Bahkan rezeki dari Allah Subhanahu Wata`ala adalah sebagian besar melalui perantaraan dari orang lain.

Semoga Allah menggolongkan kita atas hamba-hamba-Nya yang berhati lembut karena mudah tersadar atas kesalahan diri dan ringan dalam meminta maaf. Dan semoga kita tergolong hamba- hamba yang berjiwa besar karena keluasan hati kita dalam memaafkan saudara-saudara kita yang telah menyakiti kita. Aamiin. (Syahidah/voa-islam.com).


Aku Bertahan

Aku bertahan,
dari teriknya sinar matahari yang panas
menghujam membakar kulitku,
dari setiap hempasan badai kata-kata
menerjang hatiku.

Tak peduli seberapa lelahnya raga ini,
lelahnya jiwa ini, lelahnya hati ini.

Karena lelahku,
tak sebanding dengan lelahmu sayang.

Namun, ketahuilah cinta.
Setiap titik peluh keringatmu,
semoga kelak bernilai dan berbuah syurga.

Ketetapan Allah, Takdir Kita



"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Al-Hadid: 22-23).

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan. Setiap perkara telah diputuskan, dan takdir pun telah ditetapkan.
maka:

"Katakanlah (Muhammad), "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakkallah orang-orang yang beriman." (QS. At-taubah:51).

Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa dan bersemayam dalam hati kita, maka setiap bencana akan menjadi karunia. Setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi suatu penghargaan dan juga akan bernilai pahala nan keberkatan dari-Nya. Insya Allah, Bi Iznillah.

Alhamdulilah, tehadap mereka yang setia disisi. Menemani dalam suka dan duka, dalam tangis dan tawa, dalam canda maupun derai air mata. Adalah mereka, yang terbaik, orang-orang yang baik hati maupun jiwanya, yang Allah tetapkan, Allah pilihkan, hadirkan disisi. Bersyukur atas setiap pertemuan, maupun perpisahan yang dengan pasti dan nyata kejadiannya. Innallaha 'Ala kulli syai'in Qadir.

Terima kasih atas segala-galanya, dari setiap kasih maupun cinta yang tercurah, karena Allahu Ta'ala. Semoga hingga ke Jannah-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin. Alhamdulillah wa syukurillah, Alhamdulillah 'Ala kulli Hal.

Ada dan Tiada, Bersyukurlah Wahai Diri..

Bersyukurlah wahai diri.. Maka Allah SWT Tambahkan Nikmat-Nya bagimu..


Ada dan tiada, banyak tidaknya, sekarang ataupun nanti. Syukuri bila ada, karena dengannya, menjadikan kita lebih bisa, lebih mampu, serta mempermudah ibadah kita kepada-Nya, menambah pundi-pundi pahala dengan keberkahan dari-Nya. 

Saat kita di uji dengan ketiadaan, bershabarlah, iringkan dengan kesyukuran. Karena bila pun ada, akan repot mempertanggung jawabkannya jika tidak sesuai dengan yang seharusnya. Berbaik sangkalah, terutama berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan-Nya, hati akan tenang.

Benarlah, sudah saatnya kita belajar menikmati setiap kesulitan, sama seperti bersyukurnya kita saat diberikan kemudahan. Karena semua hakikatnya dari Allah, dan pasti ada hikmahnya.

Sudah di penghujung bulan November. Tak terasa memang, anggap semua pertanyaan dan pernyataan adalah do'a. Semoga tak lama lagi, benar-benar tak lama. Aamiin Allahumma Aamiin.

Keep strong, smile, shabar, syukur, istiqamah, and hamasah.
Innallaha Rabbuna Ma'ana. Allhamdulillah 'Ala kulli Hal.

Selasa, 19 November 2013

Kasih Ibu

Bagi seorang perempuan,
bernama Ibu.

Anak adalah cahaya mata.
Bila ia menghilang dari pandangan,
Maka reduplah penglihatan, buta.

Bagi seorang perempuan,
bernama Ibu.

Anak, ialah belahan jiwa.
Bila ia menghilang dari sisi,
Maka lumpuhlah jiwa, gila.

Bagi seorang ibu,
Anak adalah segalanya.
Bagaimana dengan si Anak?
Adakah Ibunya adalah segalanya?

Seringlah mendengar,
Kasih Ibu sepanjang masa,
kasih anak sepanjang galah.
Tak salah, benar rasanya.

Namun, hanya anak yang shalih,
yang bisa mengasihi sepanjang waktu.
Menjadi penerang, penyejuk hati,
dengan lantunan do’a-do’anya.

Senin, 18 November 2013

Rindu Pada-Mu



Meskipun hanyalah sisa-sisa saja, setiap kepingnya adalah berarti.
Bertanya-tanya kenapa, adalah jawabannya mungkin ini atau itu.
Sama saja menduga-duga, berprasangka atas sesuatu yang tak pasti.
Dan ku tau Engkau tak sukai itu, melangkahi ketentuan-Mu.
Maka ku tinggalkannya, ku jauhi, tak ku sentuh lagi.

Hanya bisa tersenyum, semoga cepat terselesaikan (segalanya).
Rindu menatap indahnya wajah-Mu, bilakah waktunya pulang.
Karena perjumpaan, hanya dengan-Mu.
Sebenar-benarnya ketenangan.

Jadikan aku kekasih-Mu, walau memang kurasa tak pantas.
Berada di Jannah-Mu, bersama-Mu, bersama Kekasih-Mu.
Namun harapanku pada-Mu tak pernah pupus dan hilang.
Karena Engkau, selalu tepati, tak pernah ingkari janji.
Bersandar dihati, pada-Mu yang ku rindui.

Malang, 18 November 2013. 08.50 WIB.

Manfaat Rasa Lapar

Ibnu Abi ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Muhammad bin Wasi’ rahimahullah bahwa dia berkata:
“Siapa yang sedikit makannya dia akan bisa memahami, membuat orang lain paham, bersih, dan lembut. Sungguh, banyak makan akan memberati seseorang dari hal-hal yang dia inginkan.”

Diriwayatkan dari Utsman bin Zaidah rahimahullah, dia berkata bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengirim surat kepadanya (di antara isinya):
 “Apabila engkau ingin tubuhmu sehat dan tidurmu sedikit, kurangilah makan.”

Diriwayatkan dari Ibrahim bin Adham rahimahullah:
“Siapa yang menjaga perutnya, dia bisa menjaga agamanya. Siapa yang bisa menguasai rasa laparnya, dia akan menguasai akhlak yang terpuji. Sungguh, kemaksiatan akan jauh dari orang yang lapar, dekat dengan orang yang kenyang. Rasa kenyang akan mematikan hati. Akan muncul pula darinya rasa senang, sombong, dan tawa.”

Diriwayatkan dari Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah:
“Jika jiwa merasakan lapar dan dahaga, kalbu akan bersih dan lembut. Jika jiwa merasakan kenyang dan puas minum, kalbu menjadi buta.”

Diriwayatkan pula dari Asy-Syafi’i rahimahullah:
“… Rasa kenyang akan memberati badan, menghilangkan kewaspadaan, mendatangkan rasa kantuk, dan melemahkan pemiliknya dari beribadah.”

Sumber : Jami’ al-Ulum wal Hikam, halaman. 576-577.

Indah dan Nikmatnya Penantian

Tika waktu berbuka, seteguk saja airnya mampu membasahi lorong tenggorokan dan melegakan urat-uratnya dari rasa haus sepanjang zaman. Begitu indahnya dan nikmatnya penantian. Maha Benar Allah dengan semua firman-Nya.

"Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil 'uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah".
"Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah)" (HR. Abu Daud No.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232).

Ifthar Mubarak sahabat.. ^_^

(Senin, 11 November 2013)

Bershabar dan Bersyukur

"Sesungguhnya kenikmatan hidup itu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang bershabar dan bersyukur atas segala nikmat Allah Swt, baik itu kecil dan besar, buruk dan baik, lapang dan sempit, lelah dan semangat, sehat dan sakit, sedih dan bahagia. Atas segalanya, ucapkan Alhamdulillah wa syukurillah. Dan tersenyumlah." (Rauzatul Jamal).

Pohon Kebaikan

Pohon kebaikan, buahnya adalah cinta.
Pohon keburukan, buahnya adalah benci.

Buah cinta, harum mewangi.
Buah benci, busuk menusuk.

Harum lagi wangi, disukai dan didekati.
Busuk menusuk, dihindari dan ditinggalkan.
 

(Rauzatul Jamal)

Minggu, 17 November 2013

Sahara Di Pelupuk Senja (JAZAKA)

Mengukir cinta ku tak bisa
mengukir hati pun tak kuasa
berlari dalam hidup
yang tak menentu

Menggapai dunia ku kecewa
menggapai syurga pun tak kuasa
menangis dan meragu
akan dosa lalu

Ku harapkan ketenangan
yang datang pada jiwa
sampai ku terjaga
ku impikan cinta satu
yang datang dalam kalbu
sampai ku menunggu

Sahara dipelupuk senja
indah bagai syurga
fitrah rasa cinta

kepadanya kita meminta
keindahan dunia
ketenangan jiwa
jiwa yang berdoa


Memilih Cinta-Nya (Ali Sastra)

Biarkan jiwa memisah,
raga terpisah
namun Allah meridhai

Biarkan cinta terputus,
tak ku memiliki
namun Allah meridhai

Di atas sajadah ini kutulis kenangan,
kumemilih cinta yang sejati

Di atas sajadah ini ku ucapkan
salam perpisahan untukmu disana

Hujan (Ali Sastra)

Langit biru telah kelabu
awan berarak sendu
bumi bertasbih senandung lirih

Gerimispun membasahi
sudut-sudut hati
tumpahkan semua
puisi rasa dalam nyata

Ku biarkan hujan mengawal rinduku
pada-Mu yang Indah disana

Ku hanyutkan hati menebus Cinta-Mu
dan aku pun merasa bahagia

Syahadat Jiwa (GSV Nasyid)

Ketika Aku baru dilahirkan
Kumandang adzan pun telah di perdengarkan
Pertanda Kebesaran Keagungan Tuhan
Kodrat Iradat kehidupan

Ketika Aku beranjak dewasa
Ayah Ibuku ajariku bersyahadat
Tanamkan di jiwa lisankan di kata
Amalkan dalam kehidupan

Syahadat Jiwa pancaran begitu indah
Di dalam hati Muslim ku ini
Andaiku hidup seribu tahun lagi
Kan kucari urgensi "Syahadat" ini

Zikir (Heliza Helmi)

Wahai sahabat semua
kita adalah hamba-Nya

Jadilah marilah kita
berzikir kepada-Nya

La ilaha illallah  La ilaha illallah
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

La ilaha illallah  La ilaha illallah
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

Subhanallah
Alhamdulillah
Allahu Akhbar
La ilaha illallah

La ilaha illallah  La ilaha illallah
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

Dengan mengingati Allah hati kita tenteram
Mari kita semua basahi lidah
Berzikir kepada Allah yang Maha Esa

La Tahzan (Heliza Helmi)

Menjejaki kaki di bumi gaza,
Terasa bagaikan di syurga maya,
Mereka tidak pernah kenal berputus asa,
Mereka kata Allah tetap bersama kita,
Walau di mana jua kita berada,
Selagi kita terus berada di jalan-Nya

La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
Jangan Sedih Allah Bersama Kita,
Oo Lah Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana
Jangan Sedih Allah Bersama kita.

Mereka semasa berjuang Fisabilillah,
Tidak kira ibu , ayah dan anak-anak,
Mempertahankan bumi tanah Islam,
Berkorban seluruh harta , jiwa dan nyawa,
Ayuh! bangkit dari tidur mu yang lena,
Takkan kita hanya berdiam saja.

La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
Jangan Sedih Allah Bersama Kita,
Oo Lah Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana
Jangan Sedih Allah Bersama kita.

Siapa tuhan kamu? Allah,
Siapa Guru Kamu? Rasulullah,
Apa pegangan kamu? Al-Quran,
Apakah jalan hidup kamu? Jihad Fisabililah

Kau Selamanya (Heliza Helmi)

Aku amat sayang kamu
Dari dulu hingga kini
Tak berubah ku terlena keranamu

Walau apa pun terjadi
Aku setia menyanyangi
Diri kamu kan berada di hatiku

Kau insan teristimewa
Dulu kini selamanya
Ku terimakan dirimu oh sayangku

Ku harap kau pun begitu
Sama-sama mencintai
Oh indahnya cinta ini bersamamu

Terimalah diriku seadanya, sederhana
Ku berserah kepadamu Ya Ilahi

Kau insan teristimewa
Dulu kini selamanya
Ku terimakan dirimu oh sayangku

Ku harap kau pun begitu
Sama-sama mencintai
Oh indahnya cinta ini bersamamu

Sahabat (Ali Sastra)

Hari-hari saat aku bersamamu sahabat
telah lama waktu yang kita lewati bersama

Ku sadari masa itu masa-masa terindahku
dalam sukaku dalam dukaku
engkau selalu ada

Sahabatku tercinta terimalah laguku
hadirmu selalu memberi bahagia
semoga abadi persahabatan kita

Ingatkah saat ku terpuruk di sini
kaulah yang selalu di sisiku
terimakasih telah menjadi bagian yang berarti
tuk persahabatan kita


Lembaran Baru (Ali Sastra)

Ku buka mata, ku buka hati
Mencari makna kata sanubari

Tentang apa yang telah terjadi


Kubuka mata dan ku langkahkan kaki

Mencari semua ketenangan dalam diri

Ku gantungkan hanya pada-Mu


Langkahku untuk lebih baik

tak semudah kejapan mata

Kadang hati terbolak-balik


Ketika aku terjatuh
ku tak akan mengeluh

Ada Tuhan yang Satu
Dialah tempat mengadu


Hari-hari yang lalu sudahlah berlalu

Hari ini, hariku buka lembaran baru