Minggu, 24 November 2013

Belajar Ikhlas Memaafkan, Kekuatan Dalam Kedamaian Dari Memaafkan




Sebagaimana yang telah kita ketahui, dan telah banyak Allah jelaskan dalam firman-firman-Nya salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun untuk mewujudkannya yaitu memaafkan adalah bukan perkara yang sangat mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Walaupun Allah telah banyak menjelaskan dalam firman-firman-Nya, bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah memaafkan kesalahan orang lain, namun dalam prakteknya memaafkan adalah bukan perkara yang mudah.

Masih ingatkah kita akan kisah Abu Bakar As-Shiddiq yang pada suatu hari bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya? Begitu berat kenyataan itu bagi beliau karena Misthah bin Atsatsah telah ikut menyebarkan berita bohong tentang putri beliau yaitu Siti Aisyah ra. Tetapi Allah yang maha Rahman melarang sikap Abu Bakar tersebut, sehingga turunlah ayat ke-22 dari surah An-Nur.

“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin agar Allah mengampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur:22).

Ayat ini mengajarkan kepada kita agar melakukan sebuah hal mulia kepada orang yang pernah berbuat dosa kepada diri kita, yaitu memaafkan. Dan sebuah kemaafan masih belum sempurna ketika masih tersisa ganjalan, apalagi dendam yang membara didalam hati kita.

Islam diturunkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Dan sebuah keberuntungan ketika kita mengikhlaskan hati menerima Islam sebagai jalan hidup, yaitu berarti kita tertuntun sebagai manusia yang senantiasa membawa berkah dan kedamaian bukan hanya untuk diri kita namun juga semua makhluk disekitar kita. Salah satu kebesaran kedamaiannya akan merujuk pada setiap jiwa yang dengan rela memaafkan. Hal itu juga akan melingkupi batin manusia lain yang ada disekitarnya.

Dan di hari yang fitri ini, sudah ringankah hati kita untuk menghantarkan maaf dan membalas orang- orang yang telah dengan sengaja atau tidak menyakiti hati kita?

Tak perduli siapapun dan bagaimanapun kita sekarang, namun satu yang pasti, kerendahan hati kita untuk memaafkan dan meminta maaf mencerminkan ketinggian dan keluhuran budi sebagai manusia.

Berikan senyum dan jabat tangan orang yang meminta maaf dengan ikhlas kepada anda, begitupun sebaliknya. Jangan biarkan kekerasan hati hadir sebagai pembatas dan pemungkas semua keikhlasan kita untuk menuju kesucian diri.

Jangan biarkan hati dikuasai ego dan emosi, apalagi hanya sekedar kepentingan duniawi. Betapa indah hari yang fitri, sebagai nikmat dan karunia Ilahi yang tiada batas, yang terikat dalam jalinan silaturahmi.

Jika hari raya hanya sekedar basa basi senyum dan keramahan dan hanya merupakan sekedar formalitas pengisian sebuah momen, tanpa hadirnya kemaafan yang datang dengan ringan mengalir dihati, lalu dimanakah letak kemenangan sesungguhnya atas penguasaan dan kontrol diri kita?

Untuk apa kita harus dengan detail membuat neraca kesalahan orang lain sehingga hal tersebut malah semakin menggambarkan kekerdilan jiwa kita. Bukankah tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini?

Memaafkan ibarat bunga yang melepaskan keharumannya, pada kaki seseorang yang telah menginjaknya. Keharumannya tidak akan terbuang percuma, dan bahkan mungkin penyesalan yang akan melingkupi hati manusia yang telah menyia-nyiakannya.

Sifat mudah memaafkan dan meminta maaf hanya dimiliki oleh hamba- hamba yang terpilih karena keluasan hati mereka yang pastinya sangat membahagiakan, bukan hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi makhluk disekitar mereka.

Memaafkan adalah rejeki. Setidaknya dengan memaafkan, relasi kita tidak pernah berkurang. Ini berarti perantara kita mendapatkan rezeki juga tidak pernah berkurang. Bahkan rezeki dari Allah Subhanahu Wata`ala adalah sebagian besar melalui perantaraan dari orang lain.

Semoga Allah menggolongkan kita atas hamba-hamba-Nya yang berhati lembut karena mudah tersadar atas kesalahan diri dan ringan dalam meminta maaf. Dan semoga kita tergolong hamba- hamba yang berjiwa besar karena keluasan hati kita dalam memaafkan saudara-saudara kita yang telah menyakiti kita. Aamiin. (Syahidah/voa-islam.com).


Aku Bertahan

Aku bertahan,
dari teriknya sinar matahari yang panas
menghujam membakar kulitku,
dari setiap hempasan badai kata-kata
menerjang hatiku.

Tak peduli seberapa lelahnya raga ini,
lelahnya jiwa ini, lelahnya hati ini.

Karena lelahku,
tak sebanding dengan lelahmu sayang.

Namun, ketahuilah cinta.
Setiap titik peluh keringatmu,
semoga kelak bernilai dan berbuah syurga.

Ketetapan Allah, Takdir Kita



"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Al-Hadid: 22-23).

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan. Setiap perkara telah diputuskan, dan takdir pun telah ditetapkan.
maka:

"Katakanlah (Muhammad), "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakkallah orang-orang yang beriman." (QS. At-taubah:51).

Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa dan bersemayam dalam hati kita, maka setiap bencana akan menjadi karunia. Setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi suatu penghargaan dan juga akan bernilai pahala nan keberkatan dari-Nya. Insya Allah, Bi Iznillah.

Alhamdulilah, tehadap mereka yang setia disisi. Menemani dalam suka dan duka, dalam tangis dan tawa, dalam canda maupun derai air mata. Adalah mereka, yang terbaik, orang-orang yang baik hati maupun jiwanya, yang Allah tetapkan, Allah pilihkan, hadirkan disisi. Bersyukur atas setiap pertemuan, maupun perpisahan yang dengan pasti dan nyata kejadiannya. Innallaha 'Ala kulli syai'in Qadir.

Terima kasih atas segala-galanya, dari setiap kasih maupun cinta yang tercurah, karena Allahu Ta'ala. Semoga hingga ke Jannah-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin. Alhamdulillah wa syukurillah, Alhamdulillah 'Ala kulli Hal.

Ada dan Tiada, Bersyukurlah Wahai Diri..

Bersyukurlah wahai diri.. Maka Allah SWT Tambahkan Nikmat-Nya bagimu..


Ada dan tiada, banyak tidaknya, sekarang ataupun nanti. Syukuri bila ada, karena dengannya, menjadikan kita lebih bisa, lebih mampu, serta mempermudah ibadah kita kepada-Nya, menambah pundi-pundi pahala dengan keberkahan dari-Nya. 

Saat kita di uji dengan ketiadaan, bershabarlah, iringkan dengan kesyukuran. Karena bila pun ada, akan repot mempertanggung jawabkannya jika tidak sesuai dengan yang seharusnya. Berbaik sangkalah, terutama berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan-Nya, hati akan tenang.

Benarlah, sudah saatnya kita belajar menikmati setiap kesulitan, sama seperti bersyukurnya kita saat diberikan kemudahan. Karena semua hakikatnya dari Allah, dan pasti ada hikmahnya.

Sudah di penghujung bulan November. Tak terasa memang, anggap semua pertanyaan dan pernyataan adalah do'a. Semoga tak lama lagi, benar-benar tak lama. Aamiin Allahumma Aamiin.

Keep strong, smile, shabar, syukur, istiqamah, and hamasah.
Innallaha Rabbuna Ma'ana. Allhamdulillah 'Ala kulli Hal.

Selasa, 19 November 2013

Kasih Ibu

Bagi seorang perempuan,
bernama Ibu.

Anak adalah cahaya mata.
Bila ia menghilang dari pandangan,
Maka reduplah penglihatan, buta.

Bagi seorang perempuan,
bernama Ibu.

Anak, ialah belahan jiwa.
Bila ia menghilang dari sisi,
Maka lumpuhlah jiwa, gila.

Bagi seorang ibu,
Anak adalah segalanya.
Bagaimana dengan si Anak?
Adakah Ibunya adalah segalanya?

Seringlah mendengar,
Kasih Ibu sepanjang masa,
kasih anak sepanjang galah.
Tak salah, benar rasanya.

Namun, hanya anak yang shalih,
yang bisa mengasihi sepanjang waktu.
Menjadi penerang, penyejuk hati,
dengan lantunan do’a-do’anya.

Senin, 18 November 2013

Rindu Pada-Mu



Meskipun hanyalah sisa-sisa saja, setiap kepingnya adalah berarti.
Bertanya-tanya kenapa, adalah jawabannya mungkin ini atau itu.
Sama saja menduga-duga, berprasangka atas sesuatu yang tak pasti.
Dan ku tau Engkau tak sukai itu, melangkahi ketentuan-Mu.
Maka ku tinggalkannya, ku jauhi, tak ku sentuh lagi.

Hanya bisa tersenyum, semoga cepat terselesaikan (segalanya).
Rindu menatap indahnya wajah-Mu, bilakah waktunya pulang.
Karena perjumpaan, hanya dengan-Mu.
Sebenar-benarnya ketenangan.

Jadikan aku kekasih-Mu, walau memang kurasa tak pantas.
Berada di Jannah-Mu, bersama-Mu, bersama Kekasih-Mu.
Namun harapanku pada-Mu tak pernah pupus dan hilang.
Karena Engkau, selalu tepati, tak pernah ingkari janji.
Bersandar dihati, pada-Mu yang ku rindui.

Malang, 18 November 2013. 08.50 WIB.

Manfaat Rasa Lapar

Ibnu Abi ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Muhammad bin Wasi’ rahimahullah bahwa dia berkata:
“Siapa yang sedikit makannya dia akan bisa memahami, membuat orang lain paham, bersih, dan lembut. Sungguh, banyak makan akan memberati seseorang dari hal-hal yang dia inginkan.”

Diriwayatkan dari Utsman bin Zaidah rahimahullah, dia berkata bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengirim surat kepadanya (di antara isinya):
 “Apabila engkau ingin tubuhmu sehat dan tidurmu sedikit, kurangilah makan.”

Diriwayatkan dari Ibrahim bin Adham rahimahullah:
“Siapa yang menjaga perutnya, dia bisa menjaga agamanya. Siapa yang bisa menguasai rasa laparnya, dia akan menguasai akhlak yang terpuji. Sungguh, kemaksiatan akan jauh dari orang yang lapar, dekat dengan orang yang kenyang. Rasa kenyang akan mematikan hati. Akan muncul pula darinya rasa senang, sombong, dan tawa.”

Diriwayatkan dari Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah:
“Jika jiwa merasakan lapar dan dahaga, kalbu akan bersih dan lembut. Jika jiwa merasakan kenyang dan puas minum, kalbu menjadi buta.”

Diriwayatkan pula dari Asy-Syafi’i rahimahullah:
“… Rasa kenyang akan memberati badan, menghilangkan kewaspadaan, mendatangkan rasa kantuk, dan melemahkan pemiliknya dari beribadah.”

Sumber : Jami’ al-Ulum wal Hikam, halaman. 576-577.

Indah dan Nikmatnya Penantian

Tika waktu berbuka, seteguk saja airnya mampu membasahi lorong tenggorokan dan melegakan urat-uratnya dari rasa haus sepanjang zaman. Begitu indahnya dan nikmatnya penantian. Maha Benar Allah dengan semua firman-Nya.

"Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil 'uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah".
"Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah)" (HR. Abu Daud No.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232).

Ifthar Mubarak sahabat.. ^_^

(Senin, 11 November 2013)

Bershabar dan Bersyukur

"Sesungguhnya kenikmatan hidup itu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang bershabar dan bersyukur atas segala nikmat Allah Swt, baik itu kecil dan besar, buruk dan baik, lapang dan sempit, lelah dan semangat, sehat dan sakit, sedih dan bahagia. Atas segalanya, ucapkan Alhamdulillah wa syukurillah. Dan tersenyumlah." (Rauzatul Jamal).

Pohon Kebaikan

Pohon kebaikan, buahnya adalah cinta.
Pohon keburukan, buahnya adalah benci.

Buah cinta, harum mewangi.
Buah benci, busuk menusuk.

Harum lagi wangi, disukai dan didekati.
Busuk menusuk, dihindari dan ditinggalkan.
 

(Rauzatul Jamal)

Minggu, 17 November 2013

Sahara Di Pelupuk Senja (JAZAKA)

Mengukir cinta ku tak bisa
mengukir hati pun tak kuasa
berlari dalam hidup
yang tak menentu

Menggapai dunia ku kecewa
menggapai syurga pun tak kuasa
menangis dan meragu
akan dosa lalu

Ku harapkan ketenangan
yang datang pada jiwa
sampai ku terjaga
ku impikan cinta satu
yang datang dalam kalbu
sampai ku menunggu

Sahara dipelupuk senja
indah bagai syurga
fitrah rasa cinta

kepadanya kita meminta
keindahan dunia
ketenangan jiwa
jiwa yang berdoa


Memilih Cinta-Nya (Ali Sastra)

Biarkan jiwa memisah,
raga terpisah
namun Allah meridhai

Biarkan cinta terputus,
tak ku memiliki
namun Allah meridhai

Di atas sajadah ini kutulis kenangan,
kumemilih cinta yang sejati

Di atas sajadah ini ku ucapkan
salam perpisahan untukmu disana

Hujan (Ali Sastra)

Langit biru telah kelabu
awan berarak sendu
bumi bertasbih senandung lirih

Gerimispun membasahi
sudut-sudut hati
tumpahkan semua
puisi rasa dalam nyata

Ku biarkan hujan mengawal rinduku
pada-Mu yang Indah disana

Ku hanyutkan hati menebus Cinta-Mu
dan aku pun merasa bahagia

Syahadat Jiwa (GSV Nasyid)

Ketika Aku baru dilahirkan
Kumandang adzan pun telah di perdengarkan
Pertanda Kebesaran Keagungan Tuhan
Kodrat Iradat kehidupan

Ketika Aku beranjak dewasa
Ayah Ibuku ajariku bersyahadat
Tanamkan di jiwa lisankan di kata
Amalkan dalam kehidupan

Syahadat Jiwa pancaran begitu indah
Di dalam hati Muslim ku ini
Andaiku hidup seribu tahun lagi
Kan kucari urgensi "Syahadat" ini

Zikir (Heliza Helmi)

Wahai sahabat semua
kita adalah hamba-Nya

Jadilah marilah kita
berzikir kepada-Nya

La ilaha illallah  La ilaha illallah
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

La ilaha illallah  La ilaha illallah
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

Subhanallah
Alhamdulillah
Allahu Akhbar
La ilaha illallah

La ilaha illallah  La ilaha illallah
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

Dengan mengingati Allah hati kita tenteram
Mari kita semua basahi lidah
Berzikir kepada Allah yang Maha Esa

La Tahzan (Heliza Helmi)

Menjejaki kaki di bumi gaza,
Terasa bagaikan di syurga maya,
Mereka tidak pernah kenal berputus asa,
Mereka kata Allah tetap bersama kita,
Walau di mana jua kita berada,
Selagi kita terus berada di jalan-Nya

La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
Jangan Sedih Allah Bersama Kita,
Oo Lah Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana
Jangan Sedih Allah Bersama kita.

Mereka semasa berjuang Fisabilillah,
Tidak kira ibu , ayah dan anak-anak,
Mempertahankan bumi tanah Islam,
Berkorban seluruh harta , jiwa dan nyawa,
Ayuh! bangkit dari tidur mu yang lena,
Takkan kita hanya berdiam saja.

La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
Jangan Sedih Allah Bersama Kita,
Oo Lah Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana,
La Tahzan Rabbuna Ma'ana
Jangan Sedih Allah Bersama kita.

Siapa tuhan kamu? Allah,
Siapa Guru Kamu? Rasulullah,
Apa pegangan kamu? Al-Quran,
Apakah jalan hidup kamu? Jihad Fisabililah

Kau Selamanya (Heliza Helmi)

Aku amat sayang kamu
Dari dulu hingga kini
Tak berubah ku terlena keranamu

Walau apa pun terjadi
Aku setia menyanyangi
Diri kamu kan berada di hatiku

Kau insan teristimewa
Dulu kini selamanya
Ku terimakan dirimu oh sayangku

Ku harap kau pun begitu
Sama-sama mencintai
Oh indahnya cinta ini bersamamu

Terimalah diriku seadanya, sederhana
Ku berserah kepadamu Ya Ilahi

Kau insan teristimewa
Dulu kini selamanya
Ku terimakan dirimu oh sayangku

Ku harap kau pun begitu
Sama-sama mencintai
Oh indahnya cinta ini bersamamu

Sahabat (Ali Sastra)

Hari-hari saat aku bersamamu sahabat
telah lama waktu yang kita lewati bersama

Ku sadari masa itu masa-masa terindahku
dalam sukaku dalam dukaku
engkau selalu ada

Sahabatku tercinta terimalah laguku
hadirmu selalu memberi bahagia
semoga abadi persahabatan kita

Ingatkah saat ku terpuruk di sini
kaulah yang selalu di sisiku
terimakasih telah menjadi bagian yang berarti
tuk persahabatan kita


Lembaran Baru (Ali Sastra)

Ku buka mata, ku buka hati
Mencari makna kata sanubari

Tentang apa yang telah terjadi


Kubuka mata dan ku langkahkan kaki

Mencari semua ketenangan dalam diri

Ku gantungkan hanya pada-Mu


Langkahku untuk lebih baik

tak semudah kejapan mata

Kadang hati terbolak-balik


Ketika aku terjatuh
ku tak akan mengeluh

Ada Tuhan yang Satu
Dialah tempat mengadu


Hari-hari yang lalu sudahlah berlalu

Hari ini, hariku buka lembaran baru


Love (Edcoustic)

Bila kuingat siapa yang selalu di sini
memahami semua egoku
hanya mereka yang bisa

Bila kuingat siapa yang selalu kulupa
namun tak pernah lupakanku
hanya mereka yang bisa
yang memberi cinta tanpa kata

Love, It's Love
Bahagia hidupku karena cinta
Rumah bagaikan surga oh indahnya
Susah pun tak apa, senang pun slalu bersama

Love, It's Love
Harmoni menyemai karena cinta
Selalu ada senyum juga tawa

We're happy family
Everyday I get Love Love Love

Jalan Cinta (GSV Nasyid)

Telah tiba masa indah untuk satukan cinta
kini kau telah tercipta dalam takdir cinta
dari Yang Maha Kuasa

Dengan janji suci ini akan kita satukan
dalam perjalanan di bawah naungan
dari Yang Maha Kuasa, ke langit surga

Bila cinta bersemayam
terjawab semua harap yang kulantunkan
bersama dalam ridha-Nya

Bingkai hidup cinta
teguhkan dengan yang kita rasa
janganlah ternoda oleh basa basi dunia

Wahai kau yang dicinta
izinkan kubawa ke surga
biarlah kalimah cinta
bahagia bersama (jalan cinta)

Bila cinta bersemayam
Terjawablah semua

Bingkai hidup cinta
teguhkan dengan yang kita rasa
janganlah terlena oleh basa basi dunia
Inilah janji Allah Yang Kuasa
yang tlah satukan hati kita
biarlah mahligai cinta bahagia
didalam jalan cinta, jalan cinta

Tuhan Tau Kita Mampu (Ali Sastra)

Saat kau terpuruk dan terjatuh
pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
karena Tuhan tahu kita mampu, kita mampu

Saat beban penuhi pundakmu
genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu
karena Tuhan tahu kita mampu, kita mampu

Pernahkah dirimu merasa gelisah
bagitu hebatnya beban yang harus engkau bawa
kurasa susah, semangat patah, lalu kau pasrah, 
hentikan langkah, hingga akhirnya kau mengalah

Di saat itu kau harus tahu
bahwa Tuhan sebenarnya memberi ujian padamu
ujian untuk mengukur kadar keimananmu
ujian untuk mengangkat meninggikan levelmu

Karena tak ada ujian yang tak bisa dilalui
karena Tuhan telah mengukur diri ini
lebih baik hadapi, segala beban diri
hadapi dengan "Ikhlas" di hati

Engkau tak sendirian menghadapi cobaan
saudara seiman pasti kan ulurkan tangan
kita hadapi semua dengan hati terbuka
yakin ini hanyalah ujian semata

Saat kau terpuruk dan terjatuh
pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
karena Tuhan tahu kita mampu, kita mampu

Saat beban penuhi pundakmu
genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu
karena Tuhan tahu kita mampu, kita mampu

Bertubi-tubi cobaan pun silih berganti
seakan-akan tak habis-habis dan tak berhenti
kita rasakan semakin lemah setiap hari
bahkan muncul keinginan tuk coba bunuh diri

Tapi sejenak cermatilah kehidupan ini
betapa luasnya karunia dari Ilahi
meski kadang di tengah, kadang di sisi,
kadang di atas, kadang di bawah
kadang tak dimengerti

Sadarlah kawan, di sepanjang perjalanan
sungguh hidup ini terus memberi pelajaran
karena bagaimana pun selalu ada Tuhan
yang memberikan "Kekuatan"

Satu per satu, seiring berjalannya waktu
kita akan tahu sebenarnya yang Tuhan Mau
Tuhan Ingin kita jadi manusia yang "Tangguh"
Tuhan Ingin agar kita tak mudah tuk mengeluh

Saat kau terpuruk dan terjatuh
pakai pundakku dan kita lawan terpuruk itu
karena Tuhan tahu kita mampu, kita mampu

Saat beban penuhi pundakmu
genggam bahuku dan kita bagi bebanmu itu
karena Tuhan tahu kita mampu, kita mampu

Aku di sini sedia menemani
siap bantu jika beban itu mau kau bagi
jangan pikirkan pamrih, hilangkan semua perih
jangan lagi terpuruk dan tenggelam dalam sedih

Genggam erat pundakku, cengkram erat bahuku
biar segera terbagi semua beban itu
bersama kita maju dan melangkah tanpa ragu
hapus semua pilu agar kita trus melaju

Tuhan Tak Pernah Tidur, Apa Lagi Mendengkur
semua ini telah jelas-jelas telah Tuhan Ukur
mungkin dengan begini kita kan tahu bersyukur
mungkin dengan ini kita takan pernah takabur

Tuhan ada disini, didalam jiwa ini
Ebiet G Ade pernah melantunkan syair ini
Ayo bangkit berdiri, kalau perlu kita lari
tetap semangat tuk hadapi semua ini