Kita manusia, memang mudah sekali berkata-kata. Mudah sekali menyangka-nyangka. Mudahnya
menduga-duga. Mudahnya kita menganggap orang lain pendosa sedangkan kita
berasa sangat mulia, suci dari khilaf, silap, dan dosa-dosa. Mudahnya
kita mengkafirkan sesama muslim, sedangkan kita berasa muslim sejati.
Mudahnya kita mengatakan "Rugi shalat, rugi puasa, tapi tetap maksiat"
padahal yang menentukan dan menerima segala amalan
adalah Allah, Allah yang punya hak dalam menilai. Betapa mudahnya kita
memvonis orang lain kan bertempat di neraka jahannam, sedangkan kita
percaya diri akan masuk syurga. Belum tentu orang yang kita hujat itu
bejat, belum tentu. Boleh jadi malah dia jauh lebih baik dari kita.
Bahkan, mudahnya kita membuka aib orang lain, masa-masa lalunya. Bahkan
aib kita sendiri pun begitu bangganya kita buka-buka. Padahal, bukankah
Allah telah memaafkan, mengampuni, Allah telah menutupnya, begitu pula
bagi kita. Allah Maha Menerima Taubat hamba-Nya yang benar-benar kembali
pada-Nya. Jadi jangan diungkit-ungkit lagi apa yang telah susah payah
di usahakannya kini. Yang terpenting adalah dia sekarang, bukan yang
dulu. Siapapun berhak berubah, hijrah kearah yang lebih baik. Ke jalan
yang diridhai Allah. Allah saja menerima, siapa kita tak mau
menerimanya??
“Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu
kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan
darinya satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat. Siapa yang
memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkannya
di dunia dan nanti di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim
niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan kelak di akhirat. Dan
Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong
saudaranya….” (HR. Muslim no. 2699).
Keangkuhan, kesombongan,
keegoan kita mengalahkan akal sehat, memahakan nafsu, diperbudak
olehnya. Hingga kurang hati-hati dalam menjaga mulut, mata, telinga, dan
hati ketika berbicara, melihat, mendengar, merasa, dan memikirkan
segalanya, berpikir sebelum bertindak.
Bila tak ingin disakiti,
jangan menyakiti. Bila tak ingin dibenci, jangan membenci. Bila tak
ingin dimusuhi, jangan memusuhi. Bila tak ingin dikhianati, maka jangan
mengkhianati. Bila tak ingin ada yang marah, maka jangan membuat marah.
Begitu pula, bila ingin dicintai, maka mencintailah.
Mungkin
kita terlanjur lupa, bahwa ridha Allah dan hidayah-Nya bersifat rahasia,
anjing yang najis saja bisa masuk syurga, pelacur yang hina sekalipun
ternyata lebih dicintai Tuhan, dimasukkan pula ke Syurga hanya karena
satu kebaikan, satu kebaikan saja. Tidak ada yang benar-benar kita
ketahui, tidak ada sesiapun yang tau. Hanya Allah saja Yang Maha Tau.
Berprasangka baiklah, berhusnudzan.dengan begitu setidaknya kita terjaga dari dosa-dosa kecil maupun besar yang dtimbulkankan karena mudahnya kita menyangka-nyangka.
“Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'afinii wa'fu 'anni.”
Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah tutuplah
aib-aibku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, pimpinlah,
berikanlah aku petunjukmu, (sehatkan) ‘afiatkanlah aku, dan maafkanlah
aku.
“Allahumma a‘inni ‘ala dzikrika, wa syukrika, wa husni ‘ibadatika.”
Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa dapat mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah untuk-Mu dengan baik.