Ketika cinta mekar dalam jiwa
ku yakin hati ini akan luluh dalam penghambaan
Ketika wangi cinta tercium hidungku
ku yakin nafas ini akan mengalunkan dzikir
ketika cinta mengalir dalam darahku
ku yakin selaksa tabir pembatasku musnah.
Cinta memang indah
dialah yang menghapus penatnya senja
digantinya dengan indahnya malam
dialah yang menyapu derasnya hujan
digantikannya dengan pelangi
Ya Allah.. Ridhailah..
Tempatkan cintaku dan cinta saudaraku ini
pada tempat yang semestinya
Tuntunlah kami kejalan surga-Mu
yang penuh dengan kebahagiaan abadi
bersama dengan kekasih-Mu. Aamiin.
Untaian Kata yang Ku Rangkai Hanya Tuk Memuji Keagungan-Mu, Jadikanlah Aku Laksana TAMAN BUNGA yang Menghiasi Syurga-Mu yang Indah, yang Mengalir dibawahnya Sungai-sungai, Lagi kekal Abadi di Dalamnya.. Perkenankanlah Yaa Rabbul Izzati..
Selasa, 24 September 2013
Lautan Cinta Tak Bergeming
Dalam kesendirian
aku berdiam menjaring kebisuan
ditengah hari yang ku terjang di laut pasang
ubur-ubur menari menemani
mengiringi melawan arus riak dan gelombang
Aku berjalan kedepan
ketengah..
semakin ke tengah
lebih dalam
semakin dalam
Menghinggapi air sebatas leher,
ada yang lain
Aneh
kaku
dingin
Tak sehangat aku yang dulu
kini serasa menjerat
ouh, aku sulit bernafas
Seketika gelombang pun datang
aku semakin tak bisa menahan
kakiku tak terjejal
aku limbung,
tenggelam!
Aku tersadar!
Ternyata aku masih tetap sendiri
tapi tak benar bila ku sendiri
kusesali ini
Sungguh berdosanya
hampir saja kupungkiri ada-Nya disini
yang tetap setia mangawasi
menghujani dengan cinta
memberikan perlindungan
Aku hampir lupa akan adanya daratan
tuk menepikan cinta ini
Aku terlalu tergoda akan indahnya,
riak gelombang arus lautan
aku tertawan pada bayangan
padahal ia hanya semu
bagi pandangan
apalagi mataku
Kekuatan cinta-Nya Maha Dahsyat
Mengiring tubuhku pada cahaya
dengan ringan mengantarkan
penuh kelembutan
Aku terbawa arus ke tepian,
Dia memberiku kesempatan
Akhirnya aku terselamatkan
Terlepas dari cengkraman
Dari lautan cinta yangg tak bergeming
|Banda Aceh. 31 Juli 2009, 13:45 |
aku berdiam menjaring kebisuan
ditengah hari yang ku terjang di laut pasang
ubur-ubur menari menemani
mengiringi melawan arus riak dan gelombang
Aku berjalan kedepan
ketengah..
semakin ke tengah
lebih dalam
semakin dalam
Menghinggapi air sebatas leher,
ada yang lain
Aneh
kaku
dingin
Tak sehangat aku yang dulu
kini serasa menjerat
ouh, aku sulit bernafas
Seketika gelombang pun datang
aku semakin tak bisa menahan
kakiku tak terjejal
aku limbung,
tenggelam!
Aku tersadar!
Ternyata aku masih tetap sendiri
tapi tak benar bila ku sendiri
kusesali ini
Sungguh berdosanya
hampir saja kupungkiri ada-Nya disini
yang tetap setia mangawasi
menghujani dengan cinta
memberikan perlindungan
Aku hampir lupa akan adanya daratan
tuk menepikan cinta ini
Aku terlalu tergoda akan indahnya,
riak gelombang arus lautan
aku tertawan pada bayangan
padahal ia hanya semu
bagi pandangan
apalagi mataku
Kekuatan cinta-Nya Maha Dahsyat
Mengiring tubuhku pada cahaya
dengan ringan mengantarkan
penuh kelembutan
Aku terbawa arus ke tepian,
Dia memberiku kesempatan
Akhirnya aku terselamatkan
Terlepas dari cengkraman
Dari lautan cinta yangg tak bergeming
|Banda Aceh. 31 Juli 2009, 13:45 |
Karena Cinta Bukanlah Dosa
Aku mencintaimu seperti diriku
Tanpa haru yang menderu
Tanpa hati yang mematri
Tanpa asa yang bersemi
Aku mencintaimu semampu diriku
Tanpa kehadiranmu
Tanpa pujian
Tanpa bersentuhan
Tanpa berpelukan
Aku mencintaimu sebanyak langkahku
Tanpa untaian kata cinta
Tanpa hasrat yang menggebu
Tanpa pandangan mata
Tanpa keberadaan,
yang berpadu
Hanya bayangan hatiku,
dan hatimu yang menyatu
Hanya lewat hati kita yang bicara
Karena cinta bukanlah dosa
Tetapi cinta adalah kejujuran jiwa
Hingga sampai nanti,
Ia akan indah tumbuh bermekaran
Ditempat yang semestinya
Dalam taman cinta,
Dengan Ridha Sang Ilahi
Indah pada waktunya
Tanpa haru yang menderu
Tanpa hati yang mematri
Tanpa asa yang bersemi
Aku mencintaimu semampu diriku
Tanpa kehadiranmu
Tanpa pujian
Tanpa bersentuhan
Tanpa berpelukan
Aku mencintaimu sebanyak langkahku
Tanpa untaian kata cinta
Tanpa hasrat yang menggebu
Tanpa pandangan mata
Tanpa keberadaan,
yang berpadu
Hanya bayangan hatiku,
dan hatimu yang menyatu
Hanya lewat hati kita yang bicara
Karena cinta bukanlah dosa
Tetapi cinta adalah kejujuran jiwa
Hingga sampai nanti,
Ia akan indah tumbuh bermekaran
Ditempat yang semestinya
Dalam taman cinta,
Dengan Ridha Sang Ilahi
Indah pada waktunya
Dear, Always Here For You
Jika lelah itu menghampiri ragamu
Izinkan aku tuk menyudahinya
Andaikan hatimu terluka
Biarkanlah aku tuk merawatnya,
menyembuhkannya
Jika jiwamu ingin berkeluh kesah
Sekiranya luahkanlah kepadaku
Ceritakanlah
Dan bila kau merasa sendiri
Maka ingatlah aku
Aku ada disini
Untukmu
Aku yang akan tetap siap sedia,
Bila kapan pun kau mau, membutuhkanku
Aku kan selalu ada untukmu
Dear, always here for you
In your life, although
Not in your heart
Izinkan aku tuk menyudahinya
Andaikan hatimu terluka
Biarkanlah aku tuk merawatnya,
menyembuhkannya
Jika jiwamu ingin berkeluh kesah
Sekiranya luahkanlah kepadaku
Ceritakanlah
Dan bila kau merasa sendiri
Maka ingatlah aku
Aku ada disini
Untukmu
Aku yang akan tetap siap sedia,
Bila kapan pun kau mau, membutuhkanku
Aku kan selalu ada untukmu
Dear, always here for you
In your life, although
Not in your heart
10 Cara Untuk Mencintai Diri Sendiri
1. Bencilah dosamu, tapi jangan pernah
membenci dirimu.
2. Cepatlah untuk menyesali kesalahan.
3. Apabila Allah SWT memberimu
pencerahan (hidayah), berjalanlah didalam pencerahan (hidayah) Nya itu.
4. Berhentilah mengatakan hal-hal yang
buruk tentang dirimu sendiri. Allah SWT mencintaimu dan tidaklah benar jika
kamu membenci sesuatu yang Allah cintai. Sesungguhnya Allah SWT mempunyai
rancangan-rancangan yang indah bagimu, jika kamu berbicara secara negatif
mengenai masa depanmu sendiri, berarti kamu telah melangkahi dan melawan
ketentuanNya.
5. Janganlah takut untuk mengaku bahwa
kamu telah berbuat kesalahan, tapi janganlah selalu berprasangka bahwa kamulah
yang salah setiap saat ketika ada hal yang tidak benar terjadi.
6. Jangan terlalu memikirkan apa yang
sudah kamu lakukan, baik yang benar maupun yang salah. Baik masa lalu maupun masa yang akan datang. Itu sama dengan
memikirkan diri sendiri secara terus menerus! Pusatkanlah pikiranmu dan
serahkan segalanya kepadaNya!
7. Jagalah dirimu sendiri, rawatlah
fisikmu. Manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya apa yang telah Allah SWT berikan padamu, itu adalah
amanah. Tugasmu menjaga dan merawatnya, tapi janganlah membuang waktumu dan
hanya terobsesi dengan penampilanmu saja.
8. Janganlah berhenti untuk belajar.
Dan jangan sampai pula ilmu itu membuat kamu sombong. Allah SWT memandangmu
bukan karena apa yang ada di dalam kepalamu, baik kecerdasan maupun
kepintaranmu. Melainkan apa yang ada di dalam hatimu.
9. Sadarilah bahwa setiap talenta,
potensi dan kemampuanmu adalah anugerah dariNya, dan itu semua bukanlah sesuatu
yang kamu ciptakan sendiri; jangan pernah merendahkan orang lain yang tidak
sanggup melakukan apa yang kamu dapat lakukan.
10. Janganlah kamu meremehkan dan
merendahkan kelemahan-kelemahan serta kekurangan dirimu sendiri. Hal tersebut
akan mempengaruhi pikirannmu untuk berpikir negatif. Berpikirlah positif,
bangun dan bentuklah. Karena, merekalah jualah yang memiliki peran membuat dan menjadikanmu tetap bergantung pada Allah SWT.
Kerinduan
Engkau laksana telaga
Air mataku tumpah tak terkira
Memendam rindu tiada tara
Tak kusangka betapa aku tersiksa
Ketika belahan jiwa tiada di depan mata
Badai itu mencabik-cabik kita
Menghempas, menusuk dan menorehkan luka
Kadang aku menjadi gelombang yang murka
Saking nyerinya, saking aku tak kuasa
Namun kau laksana baja
Tak bergeming dengan segala murka
Kau bahkan laksana telaga
Meneduhkan, menyirami jiwa yang dahaga
Dirimu yang bagaikan baja
Dirimu yang bagaikan telaga
Membuat semua badai reda
Membuat rindu dan cinta, selalu ada
Kupersembahkan bagimu, pasangan sayapku
Dengan segala rindu dan cinta
Air mataku tumpah tak terkira
Memendam rindu tiada tara
Tak kusangka betapa aku tersiksa
Ketika belahan jiwa tiada di depan mata
Badai itu mencabik-cabik kita
Menghempas, menusuk dan menorehkan luka
Kadang aku menjadi gelombang yang murka
Saking nyerinya, saking aku tak kuasa
Namun kau laksana baja
Tak bergeming dengan segala murka
Kau bahkan laksana telaga
Meneduhkan, menyirami jiwa yang dahaga
Dirimu yang bagaikan baja
Dirimu yang bagaikan telaga
Membuat semua badai reda
Membuat rindu dan cinta, selalu ada
Kupersembahkan bagimu, pasangan sayapku
Dengan segala rindu dan cinta
Cinta
Cinta.
Ketika diri tertunduk di atas sajadah.
Ketika diri membiarkan hati menangis.
Ketika jiwa bertanya-tanya.
Kutemukan, bahwa..
Cinta.
Adalah Cahaya.
Cahaya yang sinarnya selalu menerangi.
Menyejukkan, dan mencerahkan.
Sang pencinta dan yang dicinta.
Ia menyelamatkan
Memuliakan.
Cinta.
Ketika diri tertunduk di atas sajadah.
Ketika diri membiarkan hati menangis.
Ketika jiwa bertanya-tanya.
Kutemukan, bahwa..
Cinta.
Adalah Cahaya.
Cahaya yang sinarnya selalu menerangi.
Menyejukkan, dan mencerahkan.
Sang pencinta dan yang dicinta.
Ia menyelamatkan
Memuliakan.
Cinta.
Senin, 16 September 2013
Penerang Hati
Mencinta Mu tenangkan jiwa
Merindu Mu hatiku selalu
Hanya diri Mu satu cintaku
Takkan mampu ku jauh dari Mu
Satu nafas ku harap Kau ada
Hanya pada Mu Tuhan ku rayu
Ku akan mencinta Mu
Selalu merindu Mu seluruh jiwaku
Kau terangi aku
Engkau penjaga hatiku
Pendamping jiwaku
Cerahkan cintaku
Cinta yang abadi
Jangan pernah kau menjauh
Ku akan mencinta Mu
Selalu merindu Mu seluruh jiwaku
Kau terangi aku
Engkau penjaga hatiku
Pendamping jiwaku
Cerahkan cintaku
Cinta yang abadi
Merindu Mu hatiku selalu
Hanya diri Mu satu cintaku
Takkan mampu ku jauh dari Mu
Satu nafas ku harap Kau ada
Hanya pada Mu Tuhan ku rayu
Ku akan mencinta Mu
Selalu merindu Mu seluruh jiwaku
Kau terangi aku
Engkau penjaga hatiku
Pendamping jiwaku
Cerahkan cintaku
Cinta yang abadi
Jangan pernah kau menjauh
Ku akan mencinta Mu
Selalu merindu Mu seluruh jiwaku
Kau terangi aku
Engkau penjaga hatiku
Pendamping jiwaku
Cerahkan cintaku
Cinta yang abadi
Dalam Keheningan Jiwa
Hening.
Berdiam sejenak.
Dalam kesendirian.
Mencoba meramaikan diri.
Meskipun begitu, tetap saja.
dalam keramaian pun,
ku merasa sepi.
Ku merasakan.
Ada yang tlah hilang.
Menjauh pergi.
Tak ada lagi.
Di jiwa ini.
Dihati ini.
Hampa.
Mati.
Tuhan, Hidupkan.
Mohon kirimkanlah aku.
Yang terbaik disisimu.
Pilihan terbaikmu.
Dalam hidupku.
Tuk menjawab segala tanya.
Dalam hati, maupun di jiwa.
Masih adakah kiranya.
seseorang yang sudi menemani.
bersama merajut hari-hari indah.
menghapus segala gundah gelisah.
dari keruhnya wajahku.
Yang mengobati duka lara.
lalu menggantinya dengan suka cita.
sedia mendengarkan keluh-kesah.
kisah dihari-hariku.
Ia adalah teman.
Ia adalah sahabat.
Pendamping hidupku kelak.
Melalui ibadah cita dan cinta.
Dalam menuju rumah cintamu.
Berkahilah. Ridhailah.
Dengan kecintaan kami padaMu.
Ya Allah, Yang Maha Cinta.
Berdiam sejenak.
Dalam kesendirian.
Mencoba meramaikan diri.
Meskipun begitu, tetap saja.
dalam keramaian pun,
ku merasa sepi.
Ku merasakan.
Ada yang tlah hilang.
Menjauh pergi.
Tak ada lagi.
Di jiwa ini.
Dihati ini.
Hampa.
Mati.
Tuhan, Hidupkan.
Mohon kirimkanlah aku.
Yang terbaik disisimu.
Pilihan terbaikmu.
Dalam hidupku.
Tuk menjawab segala tanya.
Dalam hati, maupun di jiwa.
Masih adakah kiranya.
seseorang yang sudi menemani.
bersama merajut hari-hari indah.
menghapus segala gundah gelisah.
dari keruhnya wajahku.
Yang mengobati duka lara.
lalu menggantinya dengan suka cita.
sedia mendengarkan keluh-kesah.
kisah dihari-hariku.
Ia adalah teman.
Ia adalah sahabat.
Pendamping hidupku kelak.
Melalui ibadah cita dan cinta.
Dalam menuju rumah cintamu.
Berkahilah. Ridhailah.
Dengan kecintaan kami padaMu.
Ya Allah, Yang Maha Cinta.
Dunia Kita Bumi Cinta
Kita memiliki banyak dunia.
Begitu pula kau dan aku.
Aku
memiliki duniaku sendiri,
dan kau pun memiliki duniamu sendiri.
Namun kita, kau
dan aku.
Jangan pernah lupa pada keberadaaan kita.
Pada satu tempat yang sama,
Pada satu tempat yang sama,
menjejaki
tanah yang sama.
Yaitu bumi, yang satu.
Bumi cinta, Bumi Allah.
Meskipun kita, kau dan aku berbeda,
Yaitu bumi, yang satu.
Bumi cinta, Bumi Allah.
Meskipun kita, kau dan aku berbeda,
hampir di segala dan setiap hal.
Kita adalah satu,
satu dalam cinta.
Cinta PadaNya.
Kita adalah satu,
satu dalam cinta.
Cinta PadaNya.
Cinta Untukmu
Kau adalah matahariku.
Pengendali setiap rasa yang ada dihatiku.
kau laksana bulan yang selalu memancarkan
sinaran cahaya di malamku yang terkadang gelap.
kau ibarat bintang yang selalu menemani.
Dikala jiwaku risau gelisah.
Duhai Cinta, kekasihku.
kau ada disetiap debaran jantungku yang berdetak.
kau ada disetiap getaran hatiku, rinduku padamu.
Ia ada disetiap aliran darahku.
Kan ku jaga cintamu.
Ia tetapkan aman bernaung dalam jiwaku.
Percayalah, cinta ini hanya ada untuk mu.
Pengendali setiap rasa yang ada dihatiku.
kau laksana bulan yang selalu memancarkan
sinaran cahaya di malamku yang terkadang gelap.
kau ibarat bintang yang selalu menemani.
Dikala jiwaku risau gelisah.
Duhai Cinta, kekasihku.
kau ada disetiap debaran jantungku yang berdetak.
kau ada disetiap getaran hatiku, rinduku padamu.
Ia ada disetiap aliran darahku.
Kan ku jaga cintamu.
Ia tetapkan aman bernaung dalam jiwaku.
Percayalah, cinta ini hanya ada untuk mu.
CintaMu Adalah Kekuatanku
Saat aku di landa duka.
hanya diriMu yang mampu.
Mengubah ku menjadi suka.
Sungguh,
CintaMu Adalah Kekuatanku.
Saat aku di hinggapi derita.
Hanya dirimu yang mampu.
Membuatku kembali bahagia.
Sungguh,
CintaMu Adalah Kekuatanku.
Rindu akan belain cinta dan kasih sayangMu,
Mengalahkan segalanya yang ada didunia ini.
Engkau selalu sudi menemani hariku.
Engkau senantiasa meraihku dalam pangkuanmu.
dan membentangkan tanganmu untuk menerima cintaku.
Sungguh,
CintaMu Adalah Kekuatanku.
Terima kasih Ya Allah.
Engkaulah yang tercinta.
Dari apa yang ku cinta.
Cukuplah Engkau bagiku.
hanya diriMu yang mampu.
Mengubah ku menjadi suka.
Sungguh,
CintaMu Adalah Kekuatanku.
Saat aku di hinggapi derita.
Hanya dirimu yang mampu.
Membuatku kembali bahagia.
Sungguh,
CintaMu Adalah Kekuatanku.
Rindu akan belain cinta dan kasih sayangMu,
Mengalahkan segalanya yang ada didunia ini.
Engkau selalu sudi menemani hariku.
Engkau senantiasa meraihku dalam pangkuanmu.
dan membentangkan tanganmu untuk menerima cintaku.
Sungguh,
CintaMu Adalah Kekuatanku.
Terima kasih Ya Allah.
Engkaulah yang tercinta.
Dari apa yang ku cinta.
Cukuplah Engkau bagiku.
Karena Hanya Kamu
Karenanya, menguras airmata
Cinta dan cemburu adalah kenikmatan
Selaksa rindu mengiringku padamu
Pertemuanku denganmu adalah kemulian
Kesetiaanmu lah yang telah menjagaku
Menghapus seluruh duka dari dalam hati
Bila nanti pun aku telah tiada
Kau yang menjadi wujudku
Selamanya aku akan hidup dalam dirimu
Karena hanya kamu
Kini hanya kamu
Kehidupanku kini hanya kamu seorang
Ketenanganku jua, deritaku jua
Apakah kau tidak mendengarku
Mengapa aku menangis
Saat ini masih juga
Bagaimana ini bisa terjadi
Semoga kau datang seperti doaku
Karena kau adalah ketenanganku
Dan kau adalah doaku
Tunjukan padaku kebaikanmu
Lemparlah pandanganmu ke arahku
Rabu, 04 September 2013
IBU
Ibu.. Menjadi ibu. Adalah mimpi yang dilatih dengan kerinduan dan cinta.
Seruak cita itu adalah fithrah paling indah yang dikaruniakan Allah.
Kecenderungan, rasa, dan kemuliaan.
Ibu.. Atau apapun kita memanggilnya, mulia dengan telapak kaki perjuangan.
Karena tak seorang pria pun, memiliki kedudukan ini: Syurga di telapak kaki.
Tak satu pria pun. Demi Allah, tak satu pria pun.
Ibu.. Panggilan yang begitu menggetarkan membiru haru,
Menggemakan rasa terdalam di dalam diri setiap wanita.
Selalu dan senantiasa, ada nuansa, cita, imaji, dan gairah.
Setiap kali kata-kata itu diteriakkan oleh sosok-sosok mungil.
Yang menyambut kehadirannya.
Ibu.. Ini kata tentang penegasan madrasah agung.
Tempat mempertanyakan semesta dengan bahasa paling akrab,
Harapan paling memuncak, dan keingintahuan paling dalam.
Dermaga pengaduan paling luas saat mereka teraniaya,
Belai paling menentramkan saat mereka merasa gelisah,
Dan dekapan paling aman saat mereka merasa takut.
Ibu.. Perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang,
Tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung mewah lagi megah tak bernyawa.
Ibu.. Panggilan yang meneguhkan status kemanusiaan dan kehormatan.
Ibumu, di sebut tiga kali didepan, barulah ayahmu menyusul kemudian.
Begitulah Rasulullah SAW menegaskan.
Ibu.. Ia juga panggilan yang membawa makna perjuangan.
Pegalnya membawa kandungan, susahnya posisi di pembaringan,
Dan sakitnya melahirkan. Tapi ia juga tersenyum dengan manis.
Saat mendengar tangis si kecil pecah membahana. Bahagia.
Ibu.. Mungkin memang tak sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah.
Yang dengan keimanan pun bukan jaminan Allah pasti mengkaruniakannya.
Persis sebagaimana Bunda ‘Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy, dan lainnya.
Atau, terkadang menjadi penantian panjang, kegelisahan, kecemasan, dan seterusnya.
Jika panggilan itu tak segera hadir, itu adalah ujian dari Allah.
Lalu kemudian Allah menjawab diantara do’a hamba-Nya.
Istri Nabi Ibrahim dengan si shalih Ishaq, istri ‘Imran dengan si suci Maryam,
dan istri Nabi Zakariya dengan si ‘alim Yahya.
Setelah penantian panjang,
Do’a yang menghiba, dan rasa yang sembilu.
Allah menghadirkannya.
Ibu.. Menjadi ibu hakiki, yang melahirkan ataupun tidak, setelah ikhtiar yang paling gigih,
do'a yang paling tulus, dan tawakkal paling pasrah, adalah kemuliaan tanpa berkurang sedikitpun.
Tidak sedikitpun. Semuanya mulia.
Ibu.. Ya, Ibu.. Melodi paling harmoni yang menggemakan jagad raya.
Dengan cinta kasihnya. Dengan hidupnya. Dengan jihad agungnya.
Seruak cita itu adalah fithrah paling indah yang dikaruniakan Allah.
Kecenderungan, rasa, dan kemuliaan.
Ibu.. Atau apapun kita memanggilnya, mulia dengan telapak kaki perjuangan.
Karena tak seorang pria pun, memiliki kedudukan ini: Syurga di telapak kaki.
Tak satu pria pun. Demi Allah, tak satu pria pun.
Ibu.. Panggilan yang begitu menggetarkan membiru haru,
Menggemakan rasa terdalam di dalam diri setiap wanita.
Selalu dan senantiasa, ada nuansa, cita, imaji, dan gairah.
Setiap kali kata-kata itu diteriakkan oleh sosok-sosok mungil.
Yang menyambut kehadirannya.
Ibu.. Ini kata tentang penegasan madrasah agung.
Tempat mempertanyakan semesta dengan bahasa paling akrab,
Harapan paling memuncak, dan keingintahuan paling dalam.
Dermaga pengaduan paling luas saat mereka teraniaya,
Belai paling menentramkan saat mereka merasa gelisah,
Dan dekapan paling aman saat mereka merasa takut.
Ibu.. Perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang,
Tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung mewah lagi megah tak bernyawa.
Ibu.. Panggilan yang meneguhkan status kemanusiaan dan kehormatan.
Ibumu, di sebut tiga kali didepan, barulah ayahmu menyusul kemudian.
Begitulah Rasulullah SAW menegaskan.
Ibu.. Ia juga panggilan yang membawa makna perjuangan.
Pegalnya membawa kandungan, susahnya posisi di pembaringan,
Dan sakitnya melahirkan. Tapi ia juga tersenyum dengan manis.
Saat mendengar tangis si kecil pecah membahana. Bahagia.
Ibu.. Mungkin memang tak sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah.
Yang dengan keimanan pun bukan jaminan Allah pasti mengkaruniakannya.
Persis sebagaimana Bunda ‘Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy, dan lainnya.
Atau, terkadang menjadi penantian panjang, kegelisahan, kecemasan, dan seterusnya.
Jika panggilan itu tak segera hadir, itu adalah ujian dari Allah.
Lalu kemudian Allah menjawab diantara do’a hamba-Nya.
Istri Nabi Ibrahim dengan si shalih Ishaq, istri ‘Imran dengan si suci Maryam,
dan istri Nabi Zakariya dengan si ‘alim Yahya.
Setelah penantian panjang,
Do’a yang menghiba, dan rasa yang sembilu.
Allah menghadirkannya.
Ibu.. Menjadi ibu hakiki, yang melahirkan ataupun tidak, setelah ikhtiar yang paling gigih,
do'a yang paling tulus, dan tawakkal paling pasrah, adalah kemuliaan tanpa berkurang sedikitpun.
Tidak sedikitpun. Semuanya mulia.
Ibu.. Ya, Ibu.. Melodi paling harmoni yang menggemakan jagad raya.
Dengan cinta kasihnya. Dengan hidupnya. Dengan jihad agungnya.
Menjemput Pagi
Kuingin pagi segera datang
Datanglah pagi, tinggalkan malam yang sakit
Rembulan merangkak pergi
Datanglah pagi meski kau tak menjanjikan asa.
Rembulan kembali hadir
Datanglah malam,
Meski kau mengendap-endap
dengan segala kesamaran
Lagi-lagi, bulan mulai separuh
Datanglah pagi meski kau tak menjanjikan harapan
Fajar mulai tenggelam
Datanglah malam, meski dengan segala siksamu
Dan malam merangkak pilu menjemput fajar
Datanglah pagi, tinggalkan malam yang sakit
Rembulan merangkak pergi
Datanglah pagi meski kau tak menjanjikan asa.
Rembulan kembali hadir
Datanglah malam,
Meski kau mengendap-endap
dengan segala kesamaran
Lagi-lagi, bulan mulai separuh
Datanglah pagi meski kau tak menjanjikan harapan
Fajar mulai tenggelam
Datanglah malam, meski dengan segala siksamu
Dan malam merangkak pilu menjemput fajar
Langganan:
Postingan (Atom)